REHABILITAS DAN REKONSTRUKSI DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS MASYARAKAT
Studi Kasus: Objek Wisata Tepi Pantai dan Bangunan-Bangunan Konservasi
Oleh: Genius MLa
I. PEMBAHASAN
Rehabilitas adalah suatu upaya untuk membenahi sesuatu untuk lebih maju. Rekonstruksi adalah suatu upaya berupa revitalisasi terhadap suatu objek agar mempunyai nilai yang tinggi.
A. Objek Pariwisata Di Tepi Pantai1. Pantai Lagundi, Nias Selatan
Pantai Lagundy Bay terletak di Teluk Dalam yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Nias Selatan dan pantai ini yang merupakan obyek dan daya tarik wisata andalan di Pulau Nias khususnya. Keunikan dari pantai ini adalah ombaknya yang tinggi yang tidak didapat di daerah lain sehingga membuat daerah ini menjadi tempat olahraga selancar (surfing). Hal ini yang membuat para wisatawan asing ingin tertarik. Selain keindahan ombaknya, pasir putih yang sangat luas memberi kesempatan untuk berjemur.
2. Pantai Parbaba (Pangururan), Samosir
Pangururan adalah sebuah kota kecil di pantai barat Samosir yang memiliki populasi penduduk paling banyak dibandingkan dengan tempat-tempat lain di Samosir. Di Kota tua ini terdapat beberapa kuburan Batak tua yang berlokasi di beberapa desa dan di lereng-lereng bukit yang menarik untuk dikunjungi. Dari Pangururan ini wisatawan dapat keluar dari Pulau Samosir melalui jalur sempit yang menghubungkan Pulau Samosir dengan daratan Pulau Sumatera. Dari sini terdapat jalan yang menuju ke Brastagi melalui Tele, namun jalur ini tidak
populer karena kondisi jalannya yang kurang bagus, khususnya pada ruas jalan antara Pangururan dan Tele. Di dekat Pangururan ini terdapat mata air panas.
3. Pantai Kuta Bali
Berkembangnya kepariwisataan sebagai lokomotif ekonomi daerah Bali telah memberikan dampak positif bagi perkembangan sektor – sektor lainnya, khususnya perkembangan industri kecil, perdagangan, jasa, dan lain-lain.Kepariwisataan Bali mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di Indonesia, didukung oleh adanya objek dan daya tarik wisata serta budaya.Pilar-pilar ekonomi yang dibangun lewat keunggulan industri pariwisata sebagai leading ekonomi daerah, membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktifitas ekonomi serta pengembangan etos kerja masyarakatnya.Dimensi itu tergambar dari peluang meningkatnya pendapatan masyarakat dan meluasnya kesempatan kerja serta jaringan kerja, yang meliputi batas-batas lokal sampai tingkat nasional bahkan ketingkat internasional.Dengan dukungan industri pariwisata yang sangat besar itu telah menyebabkan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung seperti perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB Provinsi Bali. Pada Tahun 1998 kontribusi kelompok sektor tersier telah mencapai 60,50% kemudian meningkat mencapai 61,90% Tahun 1999, Tahun 2000 mencapai 63,66% dan selanjutnya pada Tahun 2001 turun menjadi 63,26% dan Tahun 2002 menjadi 62,53% disebabkan menurunnya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran pada masa krisis ekonomi, Tragedi WTC, Tragedi Kuta dan isu SARS.
B. Bangunan/Kota Konservasi1. Merdeka Walk, Medan
Merdeka Walk salah satu bangunan konservasi yang terletak di Jalan Balai Kota, Kecamatan Medan Barat, kota Medan. Di Merdeka Walk ini tersedia berbagai jenis makanan seperti food court, kemudian kita temukan took souvenir yang lengkap dan juga tersedia tempat anak-anak bermain (children playground). Bangunan ini terletak di pusat kota Medan, sehingga mempunyai tempat yang strategis karena dekat dengan banyak hotel, kantor pos dan pasar pusat kota Medan.
2. Museum Sejarah Jakarta, Jakarta Barat
Nama Bangunan Lama : Batavia Stadhuis (Balaikota) Alamat : Jl. Taman Fatahillah No.1 Kel. Pinangsia Kec. Taman Sari Jakarta Barat (Jakarta 11110) Telp. (021) 6929101, Fax. (021) 6902387 Pemilik : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Arsitektur : Gaya Klasisme dan Closed Dutch Arsitek : W.J. Van de Velde Kontraktor : J. Kemmer (kepala tukang kayu) Golongan : A Luas : lebih dari 1.300 meter persegi
Sejarah kota tua bermula dari Sunda Kelapa di seputar abad 12 kemudian berganti nama menjadi Jayakarta pada 1527, berubah lagi menjadi Batavia pada 1619 di masa VOC, dan terakhir Jakarta pada 1942. Sejarah panjang itu bermula di kawasan yang kini disebut kawasan lama atau kawasan bersejarah atau kota tua. Seluruh kawasan tempat di mana Batavia berawal ini ditetapkan sebagai situs dan dilindungi oleh SK Gubernur DKI Jakarta No 475/1993 mengenai bangunan cagar budaya di DKI Jakarta yang harus dilestarikan. Menurut Candrian Attahiyat, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kota Tua, sesuai Peraturan Gubernur No 34 Tahun 2006 tentang penguasaan, perencanaan, penataan kota tua, luas kawasan bersejarah atau kota tua Jakarta adalah 846 hektar. Batas sebelah Selatan adalah Gedung Arsip, batas Utara adalah Kampung Luar Batang, batas Timur Kampung Bandan, dan batas Barat di Jembatan Lima. Di kawasan itu saja ada lebih dari 200 bangunan tua yang dimiliki BUMN, DKI Jakarta, swasta, dan perseorangan.
Selain empat museum milik DKI Jakarta, Museum Sejarah Jakarta yang menempati bekas gedung balai kota di masa Batavia; Museum Wayang; Museum Seni Rupa dan Keramik; dan Museum Bahari, kawasan ini juga memiliki dua museum perbankan, Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia.
Di seputaran bekas pusat Batavia, ada bangunan Stasiun Jakarta Kota atau Beos yang pembangunannya kelar pada 1929. Menyusur kanal membayangkan awal abad 19 di mana kawasan Kali Besar tenar sebagai pusat bisnis, bisa jadi alternatif lain. Bangunan-bangunan tua di sisi kiri dan kanan kanal menjadi saksi sebagain sejarah Jakarta.
Lebih ke Utara, ada sisa tembok Batavia, ada pula kampung yang seharusnya tetap lestari sebagai Kampung Tugu. Kampung ini masuk sebagai kawasan yang dilestarikan dalam SK Gubernur DKI No 475/1993. Disebut demikian karena, menurut Adolf Heuken, penulis sejarah Jakarta, di kawasan ini ditemukan Prasasti Tugu – peninggalan arkeologis tertua yang membuktikan pengaruh Hindu di Jawa Barat.
Di kampung ini pula para mardijkers – tahanan yang sudah dibebaskan, dimerdekakan oleh Belanda – tinggal. Mereka kebanyakan keturunan Portugis.
Gereja Tugu yang pertama kali dibangun pada 1670-an, masih berdiri di sana. Kampung ini juga menyimpan warisan kuliner seperti dendeng tugu dan pindang srani tugu yang semua sudah punah bersama punahnya Kampung Tugu. Kampung yang harusnya lestari seperti apa adanya, kini hanya menyisakan keroncong tugu. Selebihnya, kini kawasan itu jadi tempat antrean truk konteiner.
Untuk menyasar wisata kuliner, kota tua masih memiliki kawasan yang paling beken. Kawasan itu tak lain adalah Pancoran, Glodok. Ingin ke pulau, bergeser sedikit ke Teluk Jakarta ada Kepulauan Seribu dengan Taman Arkeologi Pulau Onrust – pulau yang sibuk/tak pernah istirahat – yang terdiri atas Pulau Onrust, Cipir, Kelor, dan Bidadari.
Sejarah Museum Sejarah Jakarta
Tahun 1937 yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia. Yayasan kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 atau gedung Museum Wayang sekarang. Gudang tersebut dibangun kembali sebagai Oud Batavia Museum atau Museum Batavia Lama dan pada tahun 1939 dibuka untuk umum. Pada masa kemerdekaan Indonesia, nama museum berubah nama menjadi Museum Djakarta Lama dibawah naungan Lembaga Kebudayaan Indonesia. Tahun 1968 Museum Jakarta Lama diserahkan kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, museum diresmikan menjadi Museum sejarah Jakarta (Jakarta History Museum).
Sejarah Gedung Museum Sejarah Jakarta
Gedung Museum Sejarah Jakarta (Jakarta History Museum) pada jaman VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) merupakan gedung Staadhuis atau Balai Kota. Gedung Balai Kota Batavia ini didirikan tahun 1620 oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, pendiri Batavia. Pada tanggal 25 Januari 1707 gedung Balai Kota lama dibongkar dan dibangun Gedung Balai Kota seperti yang ada sekarang, dibawah pemerintahan Gubernur Jenderal Joan van Hoorn. Pembangunan diselesaikan dibawah pemerintahan Gubernur Jenderal Abraham Van Riebeeck pada tanggal 10 Juli 1710. Selain sebagai Staadhuis atau Balai Kota, gedung ini juga menjadi Raad Van Justitie atau Dewan Pengadilan yang menangani berbagai perkara pidana dan perdata di kota Batavia. Bagi para terdakwa suatu perkara yang akan diadili diharuskan mendekam dalam penjara bawah tanah dengan tangan dirantai. Bagi yang terbukti melakukan kejahatan atau dianggap memberontak terhadap pemerintahan Belanda maka salah satu hukuman yang diberlakukan adalah hukuman gantung didepan Staadhuis. Seperti umumnya gedung Balai Kota di Eropah yang dilengkapi lapangan, staadhuis ini juga memiliki lapangan dengan nama Stadhuisplein. Tahun 1973 Pemerintah DKI Jakarta mengganti nama lapangan Stadhuisplein menjadi Taman Fatahillah untuk mengenang panglima Fatahillah pendiri kota Jakarta.
Koleksi
Koleksi Museum Sejarah Jakarta (Jakarta History Museum) mencapai 23.500 barang koleksi yang berasal dari warisan Oud Batavia Museum atau Museum Jakarta Lama, pemerintah daerah DKI Jakarta, sumbangan baik perorangan maupun institusi. Bahan material koleksi beragam, baik sejenis maupun campuran, meliputi logam, batu, kayu, kaca, kristal, gerabah, keramik, porselin, kain, kulit, kertas dan tulang. Koleksi Museum Sejarah Jakarta (Jakarta History Museum) diantaranya, Sketsel, pedang eksekusi, lemari arsip, lukisan, peralatan masyarakat pra-sejarah, prasasti, dan senjata. Umur koleksi ada yang mencapai lebih dari 1.500 tahun khususnya koleksi peralatan hidup masyarakat prasejarah seperti kapak batu, beliung persegi, kendi gerabah. Dibagian taman dalam museum dapat dilihat bekas penjara bawah tanah, patung Dewa Hermes, dan meriam Si Jagur.
Penjara Bawah Tanah
Penjara ini terletak dibawah gedung pada taman bagian dalam museum. Ruangannya berbentuk setengah lingkaran dan terkesan pengap dan gelap. Dinding penjara terbuat dari tembok beton dengan jendela jeruji besi dibagian depan. Masih terlihat kumpulan bola-bola besi seukuran bola Voli yang diikatkan pada kaki para tahanan.
Patung Dewa Hermes
Patung Dewa Hermes dalam mitologi Yunani merupakan Dewa keberuntungan, pelindung kaum pedagang, dan Dewa pengirim berita. Keberadaan patung Hermes dibagian taman dalam museum sejarah Jakarta (Jakarta History Museum) berasal dari pemberian keluarga Ernst Stolz sebagai tanda terimakasih kepada pemerintah Batavia atas kesempatan yang diperolehnya untuk berdagang di Hindia Belanda.
Meriam Si Jagur
Meriam Si Jagur dibuat di Macao. Meriam dibawa ke Malaka oleh armada Portugis yang saat itu menguasai Malaka. Tahun 1641 armada Belanda membawa meriam ke Batavia. Meriam Si Jagur memiliki berat 3,5 ton dan panjang badan 3,84 meter dengan diameter laras 25 sentimeter. Pada badan meriam terdapat tulisan "Ex me ipsa renata sum" yang berarti "dari diriku sendiri, aku dilahirkan lagi". Ada yang berkeyakinan meriam Si Jagur sebagai lambang kesuburan dan hal ini kemungkinan disebabkan karena tulisan dan bentuk jari tangan yang ada pada badan meriam.
Museum Wayang
Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali pada tahun 1640. Tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.
Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik Rakyat Cina dan Kamboja. Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia. Selain itu secara periodik disenggelarakan juga pagelaran wayang pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya. Pada tanggal 7 November 2003, PBB memutuskan mengakui wayang Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan.
3. Jalan Braga, Bali
Jalan Braga merupakan salah satu lokasi wisata di bandung yang perlu dilestarikan. Secara historis Braga sudah mulai dikenal sejak jaman Hindia Belanda tahun 1920-an. Sampai saat ini, Jalan Braga merupakan monumen penting kota Bandung. Bangunannya masih banyak yang dipelihara seperti aslinya sehingga wisata ke sini terlihat seperti wisata ke kota tua. Namun demikian pengaruh modernisasi sudah mulai terasa meski tidak menghilangkan keaslian bangunan masa lalu.
Awalnya Jalan Braga adalah sebuah jalan kecil di depan pemukiman yang cukup sunyi sehingga dinamakan Jalan Culik karena cukup rawan, juga dikenal sebagai Jalan Pedati (Pedatiweg) pada tahun 1900-an. Jalan Braga menjadi ramai karena banyak usahawan-usahawan terutama berkebangsaan Belanda mendirikan toko-toko, bar dan tempat hiburan di kawasan itu seperti toko Onderling Belang. Kemudian pada dasawarsa 1920-1930-an muncul toko-toko dan butik (boutique) pakaian yang mengambil model di kota Paris, Perancis yang saat itu merupakan kiblat model pakaian di dunia. Dibangunnya gedung Societeit Concordia yang digunakan untuk pertemuan para warga Bandung khususnya kalangan tuan-tuan hartawan, Hotel Savoy Homann, gedung perkantoran dan lain-lain di beberapa blok di sekitar jalan ini juga meningkatkan kemasyhuran dan keramaian jalan ini.
Braga Citiwalk merupakan pengaruh modern, dengan bangunan lama yang diisi tempat nongkrong dengan produk-produk modern. Ada tempat makan, ada tempat jalan-jalan dan tempat untuk merasakan aura Braga dalam historis masa lalu dan kini. Sedangkan New Majestic di ujung jalan masih mengesankan masa lalu. Tahun 1990-an lalu saya kenal di sini terdapat bioskop sederhana yang cukup diminati. Sedangkan di ujung jalan Braga terdapat monumen penting buat masyarakat dunia yaitu Gedung Merdeka tempat diselenggarkannya Konferensi Asia Afrika 1955 dan 2005 yang memberikan tonggak penting buat perdamaian dunia.
Satu hal penting untuk menikmati jalan Braga adalah dengan berjalan kaki. Jikapun naik kendaraan pribadi, diparkir aja dan lakukan jalan dari ujung satu ke ujung yang lain jalan Braga. Wah bisa berfoto ria, bisa menikmati keasrian gedung-gedung tua, bisa merasakan life style masa lalu dan kini yang membuat kesan Kota Bandung yang asri dan indah terasa.
Braga hanya satu jalan pendek, namun memberikan arti buat kota Bandung dan dunia. Awal kegiatan dahulu di jalan braga, meski saat ini pusat kegiatan dan keramaian sudah berpencar ke banyak tempat, jalan braga tak bisa dihilangkan begitu saja. Sejarah kota bandung dan perdamain dimulai dari sini. Satu tambahan yang mungkin bisa dilakukan yaitu dibuat suatu sentra oleh-oleh dan gift khas Bandung yang terpilih layaknya jika kita jalan-jalan ke eropa. Sehingga wisatawan begitu kembali ke tempat masing-masing ada kenang-kenangannya dan bisa bercerita
II. DISKUSI KELOMPOK
BAHAN DISKUSI
REHABILITAS & REKONSTRUKSI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI TEPI PANTAI
No |
Topic Diskusi
| Objek/Lokasi | ||
Lagundi, Nisel
|
Parbaba, Samosir
|
Kuta, Bali
| ||
1. | Kebersihan Lokasi | |||
2. | Keindahan | |||
3. | Fasilitas Umum | |||
4. | Tata Bangunan | |||
5. | Akses Transportasi | |||
6. | Keamanan dan Kenyamanan | |||
7. | Pemeliharaan Lokasi | |||
8. | Pemeliharaan Buaya | |||
9. | Keterlibatan Masyarakat | |||
10. | Kebijakan Pemerintah |
BAHAN DISKUSI
REHABILITAS & REKONSTRUKSI PEMBANGUNAN KOTA/BANGUNAN KONSERVASI
No |
Topic Diskusi
|
Objek/Lokasi
| ||
Merdeka Walk, Medan
|
Museum Sejarah Jakarta
|
Jalan Braga, Bali
| ||
1. | Sejarah Bangunan | |||
2. | Potensi Bangunan | |||
3. | Fungsi Bangunan | |||
4. | Keunikan Bangunan | |||
5. | Kondisi | |||
6. | Fasilitas | |||
7. | Keamanan dan Kenyamanan | |||
8. | Kebersihan | |||
9. | Pemeliharaan | |||
10. | Kebijakan Pemerintah |
III. PENILAIAN
PENILAIAN:
REHABILITAS & REKONSTRUKSI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI TEPI PANTAI
No |
Kategori
|
Objek/Lokasi
| ||
Lagundi, Nisel
|
Parbaba, Samosir
|
Kuta, Bali
| ||
1. | Kebersihan Lokasi | |||
2. | Keindahan | |||
3. | Fasilitas Umum | |||
4. | Tata Bangunan | |||
5. | Akses Transportasi | |||
6. | Keamanan dan Kenyamanan | |||
7. | Pemeliharaan Lokasi | |||
8. | Pemeliharaan Buaya | |||
9. | Keterlibatan Masyarakat | |||
10. | Kebijakan Pemerintah |
PENILAIAN
REHABILITAS & REKONSTRUKSI PEMBANGUNAN KOTA/BANGUNAN KONSERVASI
No |
Kategori
|
Objek/Lokasi
| ||
Merdeka Walk, Medan
|
Museum Sejarah Jakarta
|
Jalan Braga, Bali
| ||
1. | Sejarah Bangunan | |||
2. | Potensi Bangunan | |||
3. | Fungsi Bangunan | |||
4. | Keunikan Bangunan | |||
5. | Kondisi | |||
6. | Fasilitas | |||
7. | Keamanan dan Kenyamanan | |||
8. | Kebersihan | |||
9. | Pemeliharaan | |||
10. | Kebijakan Pemerintah |
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Buat Sendiri…..!!!!! Hehehehehe….